Apakah Pembelajaran Kooperatif Itu ?
Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu samalainnya sebagai satu kelompok satu tim. Istilah cooperative learning dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatanbelajar-mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidakpeduli orang lain. Pembelajaran kooperatif mempakan salah satu bentuk pengajaran atau pembelajaran yang didasarkan pada paham konstrutivisme. Pada pembelajaran ini diyakani bahwa keberhasilan peserta didik akan tercapai bila setiap anggota kelompoknya berhasil. Kelompok dibuat kecil, biasanya terdiri dari tiga sampai lima orang agar interaksi antar anggota kelompok menjadi maksihal dan efektif. Selain itu diharapkan dapat menyelesaikan tugas kolektif tanpa supervisi langsung dan guru
Definisi tentang pembelajaran kooperativ sebenarnya juga sangat beragam. Beberapa pendapat mengenai pembelajaran kontrukstivisme dikemukan oleh para ahli pendidikan diantaranya menurut Elliot (2000: 59) pembelajaran. kooperatif didefinisikan sebagai satu set dari metode instruksional, yang mana murid didorong untuk bekerja bersama-lama dalam menerjakan tugas akademik. Slavin (dalam Isjoni, 2007:15) mengemukakan pengertianCooperative Learning adalah In Cooperative Learning methods, students work together infour member teams to master material initially presented bythe teacher. Carolyn Kessler (1992: 8) juga mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar kelompok yang diatur sehingga kebergantungan pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya.
Apakah Karakteristik Pembelajaran Kooperativ ?
Menurut Slavin,1995 (dalam Isjoni, 2007:21) mengemukakan konsep sentral yang menjadikarakteristik cooperative learning yaitu:
1. penghargaan kelompok,
cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untukmemperoleh penghargaan kelompok. Keberhasilan kelompok didasarkanpada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakanhubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dansaling peduli.
2. pertanggungjawaban individu
pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota
kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siapuntuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuanteman sekelompoknya.
3. kesempatan yang sama untuk berhasil.
cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dariyang terdahulu. Dengan menggunakan metode ini setiap siswa baik yangberprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Apakah perbedaan Belajar Kelompok dengan Pembelajaran Kooperativ ?
Roger dan Daviod Johnson dalam Lie (2004: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif, Keberhasilan Pembelajaran Kooperativ bergantung pada 5 hal diantaranya :
1) Saling ketergantungan yang positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
2) Tanggung jawab perseorangan.
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
3) Tatap muka.
setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dan satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota.
4) Komunikasi antar anggota.
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat kegiatan pembelajaran.
Faktor apakah yang perlu diperhatikan Pada pembelajaran Kooperativ ?
Model pembelajaran cooperative learning sebenaranya juga akan berjalan baik jika diterapkan dengan kelas yang kemampuan siswanya bervariasi dan lebih membutuhkan pendekatan ini. Kehadiran model pembelajaran cooperative learning tidak bermaksud menggantikanpendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif di kelas akan sangatbaik jika diterapkan secara sehat dan seimbang.
Namun, pendekatan kooperatif ini adalah sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan kompetisi. Hal ini karena dalam pendekatan kompetitif hanya sebagian siswa saja yang bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam ketidaktahuannya. Selain itu, tidak sedikit siswa yang akan malu bilaketidaktahuannya di-expose, dan terkadang motivasi persaingan akan menjadikurang sehat bila para murid saling menginginkan agar siswa lainnya tidakmampu dalam menjawab pertanyaan. Oleh sebab itu sikap mental inilah yangperlu untuk mengalami improvement (perbaikan).
Apakah Keunggulan pembelajaran Kooperativ Learning ?
Metode pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat yang besar dalam pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif dapat digunakan sebagai strategi pengajaran alternatif, dimana pelajar dapat memperoleh manfaat yang terpadu antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Selain itu model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Selain itu banyak buktibukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini dan masyarakat ataupun parastakeholders pendidikan semakin menyadari pentingnya para siswa berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa cooperative learningtersebut mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktek pendidikan. Disinilah peran guru untuk merancang pengajaran dan pembelajaran agar prestasi belajar siswa dapat dimanifestasikan dalam pengajaran dengan cara pemilihan pendekatan pembelajarn yang sesuai .
Apa saja Model Pembelajaran Kooperativ?
Beberapa model pembelajaran yang dikembangkan dari coopertiv learning menurut muhamad surya (2004:1) diantaranya Jigsaw , STAD (student Team Achiement Division), Group Investigation (GI), Team Games Tornamnet (TGT), Rotating Trio Exchange Arends (2004: 361-166), .menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis model yang digunakan dalam metode pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah: Student team achievement division (STAR), Jigsaw, Group Investigasi (GI) dan pendekatan struktural . Dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi model yangdapat diterapkan yaitu:
1. Student Team Achievement Division (STAD)
Tipe ini dikembangkan oleh Slavin dan merupakans alah satu tipekooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantarasiswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materipelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Metode ini dipandangsebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatanpembelajaran kooperatif.
Tahapan yang ada dalam proses pembelajaran STAD
adalah: 1). Tahap penyajian materi, 2). Tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tesindividual, 4) tahap penghitungan skor perkembangan individu, dan 5) tahappemberian penghargaan kelompok.
Langkah-langkah dalam pembelajaranSTAD antara lain:
a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri 4 atau 5 anggotakelompok dengan komposisi yang setara baik jenis kelamin, tingkatkemampuan, maupun latar belakang sosial budayanya.
b. Guru memberikan acuan dan ilustrasi berkenan dengan bahan yangdipelajari siswa.
c. Masing-masing kelompok bekerjasama, mempelajari bahan yang dimiliki,berdiskusi dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah memilikipemahaman yang memadai.
d. Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota kelompok mengambil kuis atauperangkat tes atas inisiatif sendiri.
e. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahanajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggiatau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
2. Jigsaw
Metode Jigsaw terdiri dari dua metode, yaitu:
Metode I, langkah-langkahnya sebagi berikut.
a. Siswa dibagi beberapa kelompok (masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 mahasiswa, mahasiswa bervariasi/heterogen).
b. Materi dipilah-pilah menjadi beberapa bagian, setiap kelompok mengkaji bagian yang unik.
c. Anggota dari kelompok yang berbeda bertemu dengan anggota darikelompok lain yang memiliki bagian atau bahan kajian yang sama.
d. Setelah itu, mereka kembali kepda kelompoknya dan mengambil posisi untuk menyampaikan apa yang telah dikaji dari kelompok sebelumnya pada anggota kelompknya.
Metode II, langlah-langkahnya sebagai berikut.
a. Siswa bekerja dalam suatu kelompok yang beranggotakan 4-5siswa.
b. Semua siswa dalam kelompok tersebut membaca suatu narasi,misalnya cerita pendek, atau biografi tokoh iyang sukses.
c. Setiap siswa dalam kelompok tersebut memilih topik tertentu dari narasi tersebut dan menjadikannya sebagai “siswa ahli”.
d. selanjutnya mereka bertemu dalam “kelompok siswa ahli”
e. Setelah selesai dalam kelompok siswa ahli masing-masing kembali kepada kelompoknya seperti pada jigsaw metode I.
3. Group Investigation (GI)
Langkah-langkah dalam model ini antara lain:
a. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang(kelompok disusn berdasarkan perkawanan atau berdasrkan padaketerkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar ciri-ciri ooperativelearning).
b. Siswa memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik yang biasanya telah ditentukan guru.
c. Selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkahbelajar berdasarkan sub topik dan materi yang dipilih.
d. Kemudian siswa mulai belajar dengan berbagai sumber belajar baik didalam ataupun di luar sekolah.
e. Setelah proses pelaksanaan belajar selesai, mereka menganalisis,menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas.
4. Team Games Tornamnet (TGT)
Langkah-langkah metode TGT yaitu sebagai berikut:
a. Siswa dibagi beberapa kelompok, masing-masing anggotatim/kelompok memiliki kemampuan tinggi, menengah, rendah; lakilaki,perempuan; berasal dari latar belakang berbeda.
b. Kompetisi dilaksanakan pada suatu meja turnemen yang terdiri daritiga siswa, masing-masing berfungsi sebagai pembaca, penantang I,atau penantang II, secara berputar dan bergilir.
c. Pembaca melakukan:
Mengambil kartu bernomor dan mencari pertanyaan terkait pada lembar permainan.
Membaca pertanyaan tersebut dengan cukup keras
Penantang I menjawab pertanyaan; penantang I akan memberikan jawaban atau melemparkannya ke penantang II yang menerimapertanyaan tersebut harus menjawab, berikutnya merekamencocokkan dengan lembar jawaban benar akan mendapat skor,namun bilamana jawaban salah tidak dikenakan pinalti.
Siswa yang berkemampuan tinggi dari kelompok I berkompetisi dengan siswa yang juga berkemampuan tinggi dari kelompok II dan III,sedangkan pada meja turnamen yang lain dipergunakan olehmahasiswa yang memiliki kemampuan sedang, baik dari kelompok I,II maupun III. Begitu pula bagi siswa yang berkemampuan kurang.
Setelah turnamen selesai, perolehan skor-skor tim dipampang besertaketerangan kelompok pemeroleh skor tertinggi, dan pemenang darimeja turnamen.
5. Rotating Trio Exchange
Prosedur pelaksanaan Rotating Trio Exchange antara lain:
a. Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari 3 orang siswa.Masing-masing diberi simbol 0,1, dan 2.
b. Penyampaian prosedur yang akan dilakukan yaitu Rotating Trio Exchange, dengan cara:
Setelah terbentuk kelompok maka guru memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut.
Selanjutnya berdasarkan waktu maka siswa yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol 2 sebaliknya,berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat.
Guru memberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan oleh triobaru tersebut
Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang disiapkan.
c. Penyajian hasil diskusi oleh kelompok
d. Memberikan tugas kepada siswa.
.
6. Group Resume
Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik.
Langkah-langkahnya antara lain:
a. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-6 orang siswa.
b. Guru memberikan penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus,baik bakat ataupun kemampuannya di kelas.
c. Kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang di dalamnya terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan akan isi kelas,pengalaman kerja, kedudukan yang dipegang sekarang, keterampilan,hobby, bakat dan lain-lain.
d. Setiap kelompok mempresentasikan
Beberapa model pembelajaran diatas dapat diterapkan sebagai salah satu model dari metode cooperativ learning pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mempertimbangkan beberapa indikator , diantaranya ;!) indikator komptensi yang akan dicapai 2) karakteristik siswa 3)alokasi waktu yang dipersiapkan dalam RPP
Diharapkan dengan seringnya guru mendesign bebrapa model pembelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung maka akan menumbuhkan iklim kelas kondusif sehingga target komppetensi minimal bisa dicapai , selamat mencoba;
( Makalah disampaikan pada pertemuan Sosialisasi KTSP tahap 2untuk fasilitator Guru IPA , Dinas Prop Jateng, 8-12 Juli 2006 )
KOMENTAR ANDA